@fadlirizki : Hi @fshidqia bocah 97 stay unique, and
stay likeable ya ! Tunjukin ke-sarkastikanlo kepada dunia. Hehe cc:
@angelo_mikha @Arjokho
@fshidqia : @fadlirizki @angelo_mikha @arjokho asli
bakal kangen kalian semua banget demi deh nggak boong asliL{}kita
harus main perbedaan lg kpn2!:D
@angelo_mikha : @fadlirizki @fshidqia @Arjokho haha.
Penabur!
@fshidqia : @angelo_mikha @fadlirizki @Arjokho mikha
ngajak ribut tuh wkwk
@angelo_mikha : @fshidqia @fadlirizki @Arjokho
astaga
@fshidqia : @angelo_mikha sok shock gt ckck see u
soon ya;-)
@angelo_mikha : @fshidqia hah ok deh
@fshidqia : @angelo_mikha @Arjokho
guuuyysss,followback
@angelo_mikha : @fashidqia udh
20 Desember 2012
Hari ini akhirnya aku bisa istirahat
sejenak setelah tiga hari harus berjuang di babak bootcamp. Terima kasih Tuhan
aku lolos ke babak selanjutnya. Ya, aku yang berada di kategori boys minggu
depan akan mengikuti babak Judges Home Visit. Tidak pernah menyangka sebelumnya
kalau aku bisa berhasil lolos sampai ke babak ini. Karena di awal pun aku tidak
begitu bersemangat mengikuti kompetisi ini kalau bukan mama dan keluargaku yang
sangat men-support. Aku memang punya impian untuk menjadi musisi handal yang
mempunyai record label sendiri di Indonesia suatu hari nanti. Tapi karena
biasanya aku selalu tampil dengan band-ku, aku jadi kurang percaya diri untuk
tampil solo di kompetisi XFI ini. Untungnya mama selalu memberikan semangat
agar aku mau maju terus.
Tapi kalau kau
tanya aku sekarang, apakah aku masih tidak bersemangat mengikuti kompetisi ini?
Maka jawabannya adalah tidak pernah aku merasa sangat bersemangat dan bergairah
seperti sekarang ini.
Apa alasannya?
Yang pertama adalah aku merasa beruntung. Untuk ukuran anak lima belas tahun
yang baru pertama kalinya mengikuti sebuah kompetisi besar dan bisa terus lolos
sampai ke babak ini aku merasa sangat beruntung dan bersyukur sekali. Karena
aku tahu dan sadar bahwa masih banyak yang jauh lebih hebat dari aku. Tapi
Tuhan memilih aku untuk terus melaju. Sebagai wujud syukurku maka aku berjanji
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan akan terus berjuang sampai dimana
pun nanti Tuhan memutuskan akan menghentikan langkahku di kompetisi ini. Yang
kedua adalah karena hadirnya dia si “Little Miss Grenade”.
Haha… aku
memanggilnya “Little Miss Grenade”. Seorang gadis berhijab yang aku kenal di
babak bootcamp. Kenapa aku memanggilnya seperti itu? Karena dia mungil sekali
dan aku dengar, dia menyanyikan lagu Grenade-nya Bruno Mars ketika dia audisi,
jadi ya aku julukkin saja dia dengan panggilan “Little Miss Grenade”.
Oke, nama gadis
itu sebenarnya Fatin Shidqia Lubis. Nomor pesertanya 11218. Dia lebih tua
dari-ku setahun dan dia masih kelas dua SMA. Dia gadis yang sangat unik. Di
saat semua anak-anak cewek kumpul bersama ketika pertama kali seluruh peserta dipertemukan
di babak bootcamp, dia dengan pede-nya bergabung denganku yang saat itu sedang
ngobrol dengan Fadli dan Arthur.
“Hi, semua!”
sapanya tiba-tiba di saat kami sedang asik mengobrol.
Kami bertiga pun
kaget dan menolehkan kepala ke-arahnya.
“Hi, juga!”
Fadli membalas sapaannya. Aku dan Arthur hanya tersenyum.
“Halo, kenalin
nama gue Fatin!” katanya sambil mengulurkan tangannya ke Fadli yang juga
mengulurkan tangan dan menyebut namanya, lalu Fatin mengulurkan tangannya ke
Arthur yang juga membalas uluran tangan Fatin dan menyebut namanya, sampai
akhirnya giliranku.
Aku mengulurkan
tangan dan menyebut namaku, “Hi, aku Mikha. Mikha Angelo.”
Tiba-tiba saja
dia tertawa seakan-akan namaku terdengar begitu lucu baginya. Aku terpelongo
memandangnya.
“Fatin,
memangnya ada yang lucu ya sama Mikha?” tanya Fadli yang heran juga melihat
Fatin tertawa.
“Nggak… bukan
itu… Haha… Akhirnya gue kenalan juga sama yang namanya Mikha Angelo. Soalnya
tadi semua cewek-cewek di sana asik ceritain tentang lo, Mik. Mereka
ngerumpi-in lo si Mikha Angelo, the genius boy, yang katanya masih umur lima
belas tahun tapi udah anak kuliahan. Jadi ya… gue penasaran aja sama orangnya.
Terus dari tadi gue tanya sana-sini sama semuanya yang mana sih Mikha itu dan
kakak yang di sana nunjukkin ke-arah mari. Ya, udah deh gue samperin dimari.
Haha…” jelas Fatin panjang lebar masih sambil terkekeh-kekeh,
Kami bertiga saling
pandang karena sama-sama heran mendengar penjelasan aneh Fatin tadi dan masih
bingung dimana letak lucunya.
“Ah, ya udahlah.
Nggak usah dibahas lagi kenapa gue ketawa. Ooh, jadi lo yang namanya Mikha. Ntu
tuh, anak-anak cewek di sana pada heboh ceritain lo, Mik. Belum apa-apa lo udah
punya banyak fans. Hehe…” kata Fatin sambil cengengesan.
“Eh lo, Fatin
yang nyanyi Grenade di audisi itu kan ya? Anak-anak yang lain pada heboh juga
kali ceritain tentang lo!” celetuk Arthur.
“Ah masa’? hehe…”
“Iyalah. Mereka
bilang suara lo unik gitu.” Jawab Arthur.
“Hehe… thanks!”
Selanjutnya,
Fatin terus bergabung dengan kami dan obrolan-obrolan seru pun terus mengalir
bergantian dari mulut kami. Bahkan kami juga sempat bermain beberapa games lucu
yang garing dan games di handphone. Baru sebentar aku mengenal sosoknya, aku
bisa menilai bahwa Fatin adalah gadis yang sangat ramah, ceria dan polos. Siapapun yang baru dijumpainya maka
akan diajak berkenalan dengannya. Nada bicaranya selalu seru dan bersemangat.
Tapi terkadang ada topik-topik yang kami bahas yang tidak nyambung dengannya
dan membuatnya jadi terbengong-bengong atau terkadang manyun. Dari
obrolan-obrolan itu juga aku tahu bahwa dia saat ini sedang bersekolah di SMAN
97, dia anak pertama dari tiga bersaudara dan perempuan satu-satunya, kedua
orang tuanya sama-sama berprofesi di dunia pendidikan. Awalnya dia mengikuti
audisi ini diam-diam tidak memberi tahu orang tuanya. Barulah setelah lolos ke
babak selanjutnya dia mengajak ibunya untuk audisi di depan juri. Dia mengaku
bahwa ini adalah pengalaman pertamanya juga mengikuti sebuah kompetisi
menyanyi. Dan sangat tidak menyangka kalau semua juri suka dengan suara dan
meloloskannya ke babak bootcamp. Padahal menurutnya dia sama sekali tidak
mengerti teknik bernyanyi yang benar itu seperti apa. Jadi ketika dia tahu
dirinya lolos, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia ingin terus
berusaha agar bisa mendapatkan kesempatan belajar menyanyi yang benar.
Semangatnya yang berapi-api itu secara tidak langsung menular kepadaku. Aku
yang tadinya hanya setengah-setengah jadi membulatkan tekadku untuk semangat
juga dalam mengejar mimpiku melalui kompetisi ini.
***
21 Desember 2012
Selama tiga hari
kemarin aku dan peserta lainnya sama-sama berjuang di babak bootcamp. Aku ingat
sekali di bootcamp hari pertama kami semua dibagi menjadi beberapa kelompok dan
dibagikan dua buah lagu yang bisa kami pilih salah satunya untuk tampil di depan
juri. Sebelum tampil kami diberi kesempatan untuk latihan dulu bersama vocal
director dari XFI. Kebetulan sekali aku satu kelompok dengan Arthur dan tiga
orang lainnya yang baru saja aku kenal sejak kami bergabung dalam grup ini.
Untuk kategori boys kami diberi dua pilihan lagu yaitu Hargai Aku dan Harus
Terpisah, yang pada akhirnya kami semua sepakat untuk menyanyikan Harus
Terpisah. Setelah beberapa saat menghapal lirik dan latihan harmonisasi,
dinamika dan sebagainya, kategori boys adalah kategori pertama yang tampil di
depan juri. Aku dan grup-ku mendapatkan giliran ke-dua. Aku tidak begitu gugup
ketika tampil di challenge pertama ini, mungkin karena nyanyi-nya berkelompok
jadi rasa gugup itu tidak begitu parah melanda. Syukurnya aku dan grup-ku
berhasil membawakan lagunya dengan baik, aku sudah berusaha dan saat itu aku menyerahkan sisanya kepada Tuhan.
Setelah semua
grup dalam kategori boys tampil, giliran kategori girls yang tampil. Jujur,
waktu itu aku tidak sabar untuk melihat penampilan Fatin. Aku dengar dia adalah
salah satu peserta audisi yang sering dibicarakan juga karena suaranya yang
unik. Aku pun menunggu dengan tidak sabar di bangku penonton bersama peserta
lainnya. Ternyata Fatin berada di grup yang mendapatkan giliran terakhir. Satu
per satu Fatin dan teman-temannya berjalan ke tengah panggung dan Fatin berdiri
di ujung paling kanan dengan hijab merah-nya. Aku bisa melihat dia tertunduk
malu, dia kelihatan gugup padahal ini kan tampilnya bersama grup. Tanpa aku
sadari aku menyilangkan jari telunjuk dan tengahku untuk kesuksesan Fatin saat
itu.
Musik pun
dimulai, peserta pertama dalam grup Fatin menyanyikan bait pertama lagu
Rindu-nya Agnes Monica dengan mulus. Peserta ke-dua pun lancar bahkan
harmonisasi mereka terdengar enak sekali. Fatin melangkahkan kakinya ke depan,
sekarang gilirannya. Aku menegakkan posisi dudukku di bangku penonton agar bisa
melihat penampilan Fatin dengan jelas.
“Bersama
mega-mega… Menembus dinding waktu… Ku terbaring dan… aauuiiaauuii….senja…”
Deng! Fatin tiba-tiba saja lupa lirik. Dia lupa dan hanya bergumam saja. Aku
bisa melihat kalau dia gugup sekali. Ketika mundur, Fatin memejamkan matanya
dan menunduk. Pasti dia merasa malu. Di saat yang bersamaan sesuatu yang aneh juga
melanda hatiku. Perasaan yang tidak enak dan… khawatir.
Syukurnya grup
Fatin bisa melewati-nya dengan baik. Penampilan mereka bagus sekali walaupun
Fatin sempat lupa lirik. Setelah semua kategori girls selesai tampil, mereka
semua menuju backstage. Aku dan yang lainnya pun menuju backstage juga sambil
menunggu kategori Over 24 dan kategori Grup yang belum tampil. Ketika itu lah
aku melihat Robby Purba, host XFI, sedang mewawancarai Fatin dan grup-nya yang
baru tampil. Aku bisa melihat dari kejauhan kalau Fatin menangis. Entah mengapa
hatiku pun ikut sedih ketika melihatnya bolak-balik menghapus air mata yang
mengalir di pipi dengan kedua tangannya. Dari kejauhan aku cuman bisa berdoa
semoga Fatin baik-baik saja dan kembali bersemangat.
Hal yang membuat
aku deg-degan di masa-masa bootcamp itu adalah ketika pengumuman akan lolos
atau tidaknya setiap peserta ke babak selanjutnya. Setelah challenge pertama
ini selesai, kami kembali dipanggil dalam beberapa grup ke hadapan para juri
untuk diberitahu akan lolos atau tidak. Ketika menunggu di backstage aku dengar
kalau grup pertama yang dipanggil ternyata tidak berhasil lolos. Jantungku pun
semakin berdegup kencang. Aku mendapatkan giliran kedua dengan beberapa orang
lainnya. Aku deg-degan ketika para juri memilih-milih kami menjadi dua bagian
lagi waktu di panggung. Beberapa peserta disuruh maju ke depan sementara aku
dan yang lainnya berada di belakang. Sampai akhirnya, Rossa, mengatakan bahwa
peserta yang berada di barisan belakang berhak melaju ke babak berikutnya. Aku
yang menyadari berada di barisan belakang langsung mengehela napas lega,
bersyukur. Aku masih lolos.
Di backstage,
jujur, entah mengapa aku merasa lebih deg-degan lagi menunggu pengumuman apakah
Fatin lolos atau tidak. Entah kenapa aku jadi kepikiran gadis ini. Aku takut
dia tidak lolos hanya karena dia sempat lupa lirik. Lama sekali gilirannya dan
malam semakin larut. Aku terus menunggu di sebuah tenda tempat para peserta
yang lolos dikumpulkan. Setiap kali ada yang masuk aku mendongakkan kepalaku
untuk melihat apakah Fatin juga datang ke tempat ini. Lama sekali dan aku
menunggu dengan penasaran. Aku sempat pasrah ketika tiba-tiba gadis dengan
hijab berwarna merah itu masuk ke dalam tenda sambil berpelukan dengan peserta
cewek lainnya. Wajahnya kelihatan lelah tapi tampak bahagia. Dia juga lolos.
Entah mengapa hatiku ikut bersorak. Aku bersyukur pada Tuhan.
***
22 Desember 2012
Di hari kedua
babak bootcamp, seluruh peserta yang berhasil lolos diberi tantangan untuk
menari. Jujur aku sama sekali tidak bisa menari tapi menurut juri seorang
penyanyi itu ketika di atas panggung tidak hanya suara yang menjadi modal utama
tapi juga harus memilik stage act yang baik. Maka fungsi dari challenge ke-dua
kali ini adalah untuk melihat seberapa enjoy seluruh peserta ketika menari di
atas panggung atau untuk melihat body language para peserta ketika menyanyikan
lagu di atas panggung.
Sebelum di-test
kami semua latihan terlebih dahulu dengan bimbingan koreografer handal dari
XFI. Aku cukup kewalahan mengikuti koreografi yang diarahkan. Karena memang
basic-ku bukang nge-dance. Padahal koreo-nya cukup sederhana. Tapi aku tetap
berusaha walaupun tidak sempurna paling tidak bisa mirip-lah sama gerakkan yang
diarahkan. Dan sepertinya bukan aku saja yang mengalami hal yang sama. Kebanyakan
peserta lain juga kewalahan. Aku juga sempat melirik ke-arah Fatin yang
kelihatan bingung menoleh ke sana kemari. Dia juga tidak jago menari. Haha…
Setelah latihan
dirasa cukup, akhirnya masa test pun dimulai. Untuk kategori boys mendapatkan
giliran kedua. Jadi kami menunggu di backstage semuanya. Entah mengapa aku
penasaran sekali seperti apa penampilan Fatin yang bersama kategori girls
sedang di-test waktu itu. Aku berdoa semoga dia bisa tampil bagus.
Saat giliranku
dan kategori boys tiba, aku kembali merasa gugup. Karena aku memang sama sekali
tidak bisa menari, aku takut aku lupa gerakannya. Ketika musik dimulai dan di
saat semuanya boleh bebas bergerak, asli aku mati gaya! Aku benar-benar tidak
tahu harus bergerak seperti apa. Dan ketika musik main untuk bagian
koreografi-nya aku malah kewalahan, alhasil aku cuman bisa goyang sekadarnya
mengikuti teman yang ada di sebelahku. Hehe…
Lagi-lagi hal
yang selalu membuat aku gugup tiba. Yaitu pengumuman lolos atau tidak lolos
setelah tadinya aku dan seluruh peserta lainnya di-test menari. Dan kali ini
deg-degan ku agak berbeda. Biasa saja(?)
Juri memanggil
beberapa nama yang disuruh untuk berkumpul di bagian sebelah kiri panggung.
Hanya beberapa nama, sekitar 22 orang termasuk grup. Di nama ke-22, juri
berhenti memanggil nama peserta. Aku dan Fatin sama-sama tidak dipanggil. Dan
aku masih tidak tahu kami berada dalam kelompok yang lolos atau tidak.
Sebelum juri
menyampaikan keputusan mereka, Ahmad Dhani sempat mewawancarai salah satu personel
Dalagita yang bernama Anya (kalau tidak salah) dari grup yang terpisah
denganku. Setelah menanyai Anya apakah grup mereka aman atau tidak, sekarang
giliran grup kami yang ditanya. Dan aku sudah bisa menebak siapa yang menjadi
sasaran Ahmad Dhani. Siapa lagi kalau bukan Fatin.
Ahmad Dhani
bertanya pada Fatin, “Fatin, menurut kamu suara yang paling bagus di antara
teman-teman segerombolanmu ini siapa?”
Dan dengan polos
Fatin menjawab, “Kak Bella.”
“Bella yang mana
Bella?” tanya Ahmad Dhani lagi.
Fatin pun mulai
melihat ke sana kemari mencari Bella di antara gerombolan kami sambil bergumam,
“mana ya Kak Bella?”
“Bella dimana?
Coba angkat tangannya, Bella?” kata Ahmad Dhani.
“Ga ada…” gumam
Fatin lagi dengan polosnya.
Setelah semua
peserta celingak-celinguk mencari sosok yang bernama Bella ternyata dia ada di
grup-nya si Anya, yang 22 orang tadi.
“Oh, Bella di
situ!” seru Ahmad Dhani.
Fatin pun
langsung manyun begitu tahu Bella, yang menurutnya paling bagus suaranya, ada
di grup sebelah.
“Nah…” kata Rossa.
“Nah, berarti
kalau kira-kira Bella di sana, kamu di sini, kamu aman nggak kira-kira?” tanya
Ahmad Dhani pada Fatin dengan nada yang sedikit usil.
“Ahh… hmm… nggak
tauk…” jawab Fatin pelan.
“Nggak tau?”
“Hmmm… aman…
hmmm…” jawab Fatin dengan suara yang makin lama makin mengecil lalu dia
menunduk malu.
Tingkah Fatin
itu sontak membuat ketiga juri tertawa. Aku pun tak tahan untuk tertawa tapi
karena aku masih tidak tahu posisi-ku aman atau tidak jadi kurubah tawaku
menjadi dehaman kecil. Tapi jujur, tingkah Fatin itu lucu dan polos sekali.
Dan akhirnya
juri pun mengumumkan bahwa grup Anya –lah yang aman malam itu dan grup-ku tidak
aman. Anehnya aku tidak begitu kaget mendengarkan keputusan juri. Mungkin
karena dari tadi pun aku merasa biasa saja. Entahlah… tapi ternyata perasaanku
yang tidak begitu kaget langsung terjawab karena juri masih memberikan
kesempatan kepada kami yang tidak aman untuk mengikuti mini challenge
membawakan lagu secara acapela. Semangat-ku pun membuncah. Juri memberikan
waktu sekitar 30 menit untuk kami.
Di backstage,
aku dan seluruh peserta lain meggunakan waktu 30 menit itu untuk latihan dengan
sebaik-baiknya. Aku juga sudah memilih lagu tepat yang sesuai dengan karakterku.
Aku bisa melihat Fatin sedang duduk bersama peserta cewek lainnya di ujung
sana. Dan aku lihat Robby Purba juga mendekatinya untuk wawancara. Well, ada
apa denganku? Kenapa aku jadi kepo sama setiap gerak-gerik Fatin?
Waktu 30 menit
tak terasa berlalu. Robby Purba mengumumkan kalau sudah saatnya tampil di depan
juri lagi. Lagi-lagi kategori boys didaulat untuk tampil pertama. Satu per satu
kami pun disuruh menyanyi. Waktu giliranku, baru saja aku menyanyikan beberapa
kata dari laguku tiba-tiba Ahmad Dhani bilang “Oke!” dan menyuruh peserta di
sebelahku untuk menyanyi. Aku sedikit bingung juga karena tiba-tiba disuruh
berhenti sebelum laguku selesai.
Oke, lagi-lagi
aku harus merasakan deg-degan itu ketika pengumuman lolos atau tidak lolos aku
hadapi. Yang pasti aku sudah berusaha tadi, selebihnya aku serahkan kepada
Tuhan. Dan syukurnya, Tuhan masih mempercayaiku. Aku masih lolos ke babak
bootcamp di hari ketiga besoknya.
***
23 Desember 2012
Di hari ketiga
babak bootcamp, masih dalam keadaan mengantuk aku bangun dan segera
bersiap-siap untuk latihan dulu sebelum bernyanyi di depan juri. Btw, Fatin
juga lolos di hari ketiga. Dan lolosnya dia membuatku semakin bersemangat.
Hehe…
Aku sudah
memutuskan untuk menyanyikan lagu Mind Trick-nya Jamie Cullum. Menurutku lagu
ini asik dan sesuai dengan karakter yang aku miliki. Hari ini aku mendapat
giliran malam sekali, bahkan lewat tengah malam. Sebelum tampil aku sempat
diwawancara dulu, aku bilang saja kalau aku pasrah dan bagiku mewakili kota
Jakarta dari sekian banyak orang sudah membanggakan bagiku. Dan giliranku pun
tiba, aku masuk ke panggung. Di depanku sudah ada tiga juri yaitu Ahmad Dhani,
Rossa dan Bebi Romeo. Begitu aku berada di tengah-tengah panggung, Bebi Romeo
berkata, “Oke, langsung!” dan musik pun dimulai.
Aku berusaha
menikmati penampilan ini dan berusaha fokus agar gerakanku tidak terlalu ngasal
lagi seperti di audisi pertama. Soalnya Rossa dan Bebi Romeo berkomentar waktu
itu ketika aku nyanyi aku seperti nyari-nyari koin, padahal aku sendiri tidak
sadar ketika bernyanyi bisa seperti itu. Sebenarnya sih aku kebanyakan gerak
karena biasanya aku sering bernyanyi menggunakan gitar. Jadi tanpa gitar aku
merasa aneh, akibatnya ya aku jadi “cari koin” hehe…
Aku menikmati
penampilan Mind Trick-ku dari awal sampai nada terakhir. Dan ketika musik
berhenti, aku pun masih bisa merasakan adrenalin-ku yang memacu selama aku
tampil tadi. Ketiga juri pun mempersilahkan aku untuk ke backstage. Ketika
keluar dari panggung, Robby Purba sudah menunggu di bawah tangga untuk
mewawancarai setiap peserta yang baru saja tampil. Dia menyemangatiku agar
selalu optimis dan berpikir positif. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Bootcamp hari
ketiga memakan waktu yang sangat lama. Pengumuman bahkan diumumkan menjelang
pagi. Ketiga juri langsung ke backstage untuk mengumumkan. Mereka membagi
peserta menjadi dua kelompok. Dan aku… satu kelompok dengan Fatin!
Setelah kami
semua terbagi menjadi dua kelompok, kami dituntun untuk menuju keluar gedung.
Di luar sudah ada dua bus besar. Aku dan kelompokku diperintahkan untuk berdiri
membelakangi bus yang di sebelah kiri, yaitu bus no. 2. Sebelum keputusan
diberitahu, Robby Purba menjelaskan bahwa di antara dua bus itu salah satunya
akan membawa kami pulang ke rumah dan satunya lagi akan mengantarkan ke rumah
juri dengan kata lain lolos ke babak Judges Home Visit. Aku deg-degan ketika
itu, tapi aku sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Berada di bus manapun,
aku akan bersyukur. Aku gugup tapi sudah tidak sabar menunggu Robby Purba
mengatakan “inilah hasilnya!” sebagai aba-aba kami bisa melihat keputusan dari
juri.
Dan saat itu
juga Robby Purba berkata, “Teman-teman… Inilah hasilnya!”
Maka sesuai
aba-aba, seluruh peserta pun membalikkan tubuh untuk menghadap bus. Dan aku
langsung menutup wajah dengan kedua tanganku begitu tahu sebuah tulisan “YES”
besar menggantung di bus. Suasana langsung riuh. Peserta-peserta yang ada di
kelompokku melakukan berbagai macam hal untuk mengekspresikan rasa senang
mereka karena tahu sudah lolos ke babak selanjutnya. Ada yang lompat-lompat
kegirangan, ada yang berpelukan, ada yang sujud syukur, ada juga yang menangis.
Aku juga berjabat tangan dengan beberapa peserta lainnya. Dan ketika semuanya
masih riuh dalam suka cita, tiba-tiba ada yang menabrak punggungku. Aku pun
berbalik dan mendapati seorang cewek berhijab hitam berdiri membelakangiku.
Saat itu juga dia membalikkan tubuhnya. Ternyata punggung kami sama-sama saling
tabrak dikarenakan hebohnya peserta lain yang grasak-grusuk.
“Mikhaaa!!! Kita
lolos!!!” teriaknya begitu tahu kalau ternyata aku yang tidak sengaja
ditabraknya.
Aku tersenyum
dan mengangguk. Dan jujur aku bingung saat itu mau melakukan apa dan berkata
apa. Entah mengapa aku merasa canggung ketika berdiri di depannya. Saat itu aku
bisa menatap matanya berkaca-kaca, memancarkan kebahagiaan yang haru. Perasaan aneh
tiba-tiba menggerayangi hatiku saat itu. Entahlah… aku tidak tahu rasa apa itu.
Ketika aku masih
bingung Fatin menyodorkan tangannya kepadaku, maksudnya ingin berjabat tangan
denganku. Aku pun mengulurkan tanganku. Kami berjabat tangan, untuk yang kedua
kalinya.
“Selamat, Mik!”
ucapnya tulus.
“Iya, sama-sama.
Selamat juga buat kamu.” Balasku.
Saat itu kami
semua diperintahkan untuk masuk ke dalam bus.
“Eh, Mik. Ayok,
kita harus naik!” katanya bersemangat sambil melepaskan jabatan tangan kami. Selanjutnya
aku kaget karena dia menarik lenganku. Aku sedikit terkesima. Tapi tampaknya
Fatin tidak perduli. Dia bahkan melangkahkan kakinya sambil lompat-lompat. Aku hanya
menurut.
Ketika di bus
kami duduk terpisah. Aku duduk di barisan kursi yang di belakang bersama
peserta cowok lainnya, sedangkan Fatin bersama peserta cewek lainnya di depan. Ketika
perjalanan pulang menuju hotel tempat kami semua menginap, entah mengapa perasaan
yang aku rasakan saat aku menatapnya tadi semakin kuat kurasakan. Aku masih
bingung dengan rasa itu. Dan ini aneh, karena namanya selalu saja muncul
dibenakku. Wajah dengan senyum cerianya selalu menari di mataku. Suaranya yang
khas juga terngiang-ngiang di telingaku. Ada apa ini? Baru pertama kalinya aku
seperti ini. Dan ini semua karena gadis mungil berhijab itu. Gadis bernama
Fatin Shidqia Lubis. Si “Little Miss Grenade”. Dan Tuhan, kalau Engkau masih
mengizinkanku untuk bertemu dengannya lagi maka pertemukanlah kami di
babak-babak selanjutnya. Malam itu, di dalam bus yang melaju dengan kecepatan
sedang aku memejamkan mata dan berdoa.
***