Jujur, sejak kejadian itu aku sama sekali penasaran dengannya, maksudku gadis yang tidur dibahuku. Entah kenapa ekspresi wajahnya yang kaget ketika angkot berhenti mendadak selalu menari-nari dipelupuk mataku. Harum rambutnya juga masih nempel dihidungku. Bahkan pundakku yang ditumpanginya ini masih terasa menanggung beban kepalanya. Hah, ada apa ini?
Entah kenapa dari dalam diriku ada rasa yang begitu besar untuk mengenalnya. Tapi aku sendiri bingung, bagaimana caranya? Kemungkinan aku bisa bertemu dengannya lagi hanyalah di waktu senin pagi (itu pun kalau ketemu). Dan jadwal pagiku hanyalah di hari senin. Sedangkan jadwalnya, mana kutahu.
Seminggu setelah kejadian itu aku terus berpikir, kira-kira apa yang akan kulakukan kalau bertemu dengannya lagi? Apakah aku akan berani untuk menyapanya? Aku sendiri bingung kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya lagi? Damn, hanya gara-gara gadis itu tidak sengaja tertidur dipundakku, aku jadi terus kepikiran tentang dia. Aku menghela nafas dalam-dalam. Saat ini aku hanya bisa berharap semoga aku bisa bertemu dengan gadis itu lagi.
Hari senin, entah mengapa jadi hari yang sangat kutunggu-tunggu, akhirnya datang juga. Biasanya aku yang selalu malas-malasan untuk pergi ke kampus di waktu pagi, sekarang malah terasa menyenangkan. Aku begitu bersemangat untuk menjalani hari ini. Oke, aku jujur, alasanku begitu bersemangat pagi ini ialah karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan gadis itu lagi. Walau kemungkinannya kecil, tapi aku sudah terlanjur berharap banyak.
Setelah menyetop angkot yang akan membawaku ke kampus, aku segera menaikinya. Dan seperti biasa aku mengambil posisi kursi dipojokkan. Hari ini aku sama sekali segar, sedikit pun tidak merasa ngantuk. Jujur saja aku merasa resah dari tadi, dudukku tidak tenang. Setiap kali angkot berhenti untuk mengambil penumpang, maka kepalaku akan langsung berputar untuk melihat siapa yang naik. Ada sekitar lima orang yang naik angkot ini. Diantaranya ada tiga laki-laki, termasuk aku, dan dua orang perempuan yang masih memakai seragam putih abu-abu. Aku masih terus menunggunya.
Sudah setengah perjalanan tapi gadis itu belum muncul juga. Hah, aku menghela nafasku, kecewa. Aku terlalu banyak berharap. Bisa saja kan gadis itu naik angkot yang lain. Mungkin saja pertemuan kami waktu itu hanyalah suatu kebetulan saja. Menunggu tanpa kepastian seperti ini membuatku mengantuk. Mataku mulai terkatup-katup. Dan aku pun sudah tidak tahan. Tak lama kemudian aku tertidur.
Tiba-tiba aku tersentak. Tersentak karena angkot yang kutumpangi ngerem mendadak. Aku langsung megap-megap kelimpungan. Kulihat sekitarku, ternyata aku sudah sampai di kampus. Cepat-cepat kurogoh kantongku untuk mengambil uang dan segera turun. Pas ketika aku memberikan uangku pada si sopir angkot, seorang gadis yang selama satu minggu penuh ini terus-terusan bercokol dipikiranku, tepat saat ini sedang berdiri di sebelahku. Dia sedang menunggu Pak Sopir untuk memberikan kembalian uangnya. Aku yang tidak menyangka akan bertemu dengannya tanpa sadar mematung.
Setelah mengambil kembaliannya gadis itu langsung pergi. Seperti ada sentakan aneh yang menyerangku, aku tersadar dari lamunanku. Bodoh. Kenapa aku malah melamun? Ini kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan. Cepat-cepat kuberikan ongkosku. Sialnya, uangku tidak pas. Terpaksa aku harus menunggu si sopir angkot yang mengorek-ngorek uang pecahnya untuk kembalianku. Bolak-balik aku menoleh ke belakang, untuk memastikan kalau gadis tadi belum menghilang. Kali ini aku tidak akan kehilangannya. Tapi sepertinya si sopir angkot kebingungan sekali menghitung uang kembalianku.
"Aduh, Pak. Uang saya tadi sepuluh ribu. Kembalikan saja tujuh ribu!" desakku tidak sabar.
"Oh, Iya, iya." ucapnya agak bingung, tapi langsung mengambil uang lima ribuan dan seribuan dua yang lalu diberikannya kepadaku.
Gitu saja lama sekali, sungutku dalam hati.
Oh iya, gadis itu! Cepat-cepat aku menoleh ke belakang. Sial! Aku kehilangan dia lagi. Ini semua gara-gara sopir angkot yang tidak pandai menghitung tadi. Padahal kesempatanku tinggal seujung kuku saja, eh malah harus gagal. Yang lebih bodohnya lagi, berarti sepanjang aku tertidur di angkot tadi, gadis itu berada dalam angkot yang sama denganku. Kenapa tadi aku harus mengantuk dan tertidur? Sial! Sial! Sial! Aku mengumpat-umpat sendiri dalam hati. Mood-ku yang awalnya bagus sekarang berubah jadi tak karuan. Aku suntuk sendiri. Tapi tetap kulangkahkan kakiku walau dengan galau menuju kampus.
Entah kenapa dari dalam diriku ada rasa yang begitu besar untuk mengenalnya. Tapi aku sendiri bingung, bagaimana caranya? Kemungkinan aku bisa bertemu dengannya lagi hanyalah di waktu senin pagi (itu pun kalau ketemu). Dan jadwal pagiku hanyalah di hari senin. Sedangkan jadwalnya, mana kutahu.
Seminggu setelah kejadian itu aku terus berpikir, kira-kira apa yang akan kulakukan kalau bertemu dengannya lagi? Apakah aku akan berani untuk menyapanya? Aku sendiri bingung kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya lagi? Damn, hanya gara-gara gadis itu tidak sengaja tertidur dipundakku, aku jadi terus kepikiran tentang dia. Aku menghela nafas dalam-dalam. Saat ini aku hanya bisa berharap semoga aku bisa bertemu dengan gadis itu lagi.
Hari senin, entah mengapa jadi hari yang sangat kutunggu-tunggu, akhirnya datang juga. Biasanya aku yang selalu malas-malasan untuk pergi ke kampus di waktu pagi, sekarang malah terasa menyenangkan. Aku begitu bersemangat untuk menjalani hari ini. Oke, aku jujur, alasanku begitu bersemangat pagi ini ialah karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan gadis itu lagi. Walau kemungkinannya kecil, tapi aku sudah terlanjur berharap banyak.
Setelah menyetop angkot yang akan membawaku ke kampus, aku segera menaikinya. Dan seperti biasa aku mengambil posisi kursi dipojokkan. Hari ini aku sama sekali segar, sedikit pun tidak merasa ngantuk. Jujur saja aku merasa resah dari tadi, dudukku tidak tenang. Setiap kali angkot berhenti untuk mengambil penumpang, maka kepalaku akan langsung berputar untuk melihat siapa yang naik. Ada sekitar lima orang yang naik angkot ini. Diantaranya ada tiga laki-laki, termasuk aku, dan dua orang perempuan yang masih memakai seragam putih abu-abu. Aku masih terus menunggunya.
Sudah setengah perjalanan tapi gadis itu belum muncul juga. Hah, aku menghela nafasku, kecewa. Aku terlalu banyak berharap. Bisa saja kan gadis itu naik angkot yang lain. Mungkin saja pertemuan kami waktu itu hanyalah suatu kebetulan saja. Menunggu tanpa kepastian seperti ini membuatku mengantuk. Mataku mulai terkatup-katup. Dan aku pun sudah tidak tahan. Tak lama kemudian aku tertidur.
Tiba-tiba aku tersentak. Tersentak karena angkot yang kutumpangi ngerem mendadak. Aku langsung megap-megap kelimpungan. Kulihat sekitarku, ternyata aku sudah sampai di kampus. Cepat-cepat kurogoh kantongku untuk mengambil uang dan segera turun. Pas ketika aku memberikan uangku pada si sopir angkot, seorang gadis yang selama satu minggu penuh ini terus-terusan bercokol dipikiranku, tepat saat ini sedang berdiri di sebelahku. Dia sedang menunggu Pak Sopir untuk memberikan kembalian uangnya. Aku yang tidak menyangka akan bertemu dengannya tanpa sadar mematung.
Setelah mengambil kembaliannya gadis itu langsung pergi. Seperti ada sentakan aneh yang menyerangku, aku tersadar dari lamunanku. Bodoh. Kenapa aku malah melamun? Ini kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan. Cepat-cepat kuberikan ongkosku. Sialnya, uangku tidak pas. Terpaksa aku harus menunggu si sopir angkot yang mengorek-ngorek uang pecahnya untuk kembalianku. Bolak-balik aku menoleh ke belakang, untuk memastikan kalau gadis tadi belum menghilang. Kali ini aku tidak akan kehilangannya. Tapi sepertinya si sopir angkot kebingungan sekali menghitung uang kembalianku.
"Aduh, Pak. Uang saya tadi sepuluh ribu. Kembalikan saja tujuh ribu!" desakku tidak sabar.
"Oh, Iya, iya." ucapnya agak bingung, tapi langsung mengambil uang lima ribuan dan seribuan dua yang lalu diberikannya kepadaku.
Gitu saja lama sekali, sungutku dalam hati.
Oh iya, gadis itu! Cepat-cepat aku menoleh ke belakang. Sial! Aku kehilangan dia lagi. Ini semua gara-gara sopir angkot yang tidak pandai menghitung tadi. Padahal kesempatanku tinggal seujung kuku saja, eh malah harus gagal. Yang lebih bodohnya lagi, berarti sepanjang aku tertidur di angkot tadi, gadis itu berada dalam angkot yang sama denganku. Kenapa tadi aku harus mengantuk dan tertidur? Sial! Sial! Sial! Aku mengumpat-umpat sendiri dalam hati. Mood-ku yang awalnya bagus sekarang berubah jadi tak karuan. Aku suntuk sendiri. Tapi tetap kulangkahkan kakiku walau dengan galau menuju kampus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar