my name is tami...bibeh...titam

Assalammualaikum...wr...wb...
WELCOME :)


Selasa, 03 September 2013

(FF) Little Miss Grenade


@fadlirizki : Hi @fshidqia bocah 97 stay unique, and stay likeable ya ! Tunjukin ke-sarkastikanlo kepada dunia. Hehe cc: @angelo_mikha @Arjokho
@fshidqia : @fadlirizki @angelo_mikha @arjokho asli bakal kangen kalian semua banget demi deh nggak boong asliL{}kita harus main perbedaan lg kpn2!:D
@angelo_mikha : @fadlirizki @fshidqia @Arjokho haha. Penabur!
@fshidqia : @angelo_mikha @fadlirizki @Arjokho mikha ngajak ribut tuh wkwk
@angelo_mikha : @fshidqia @fadlirizki @Arjokho astaga
@fshidqia : @angelo_mikha sok shock gt ckck see u soon ya;-)
@angelo_mikha : @fshidqia hah ok deh
@fshidqia : @angelo_mikha @Arjokho guuuyysss,followback
@angelo_mikha : @fashidqia udh

20 Desember 2012
            Hari ini akhirnya aku bisa istirahat sejenak setelah tiga hari harus berjuang di babak bootcamp. Terima kasih Tuhan aku lolos ke babak selanjutnya. Ya, aku yang berada di kategori boys minggu depan akan mengikuti babak Judges Home Visit. Tidak pernah menyangka sebelumnya kalau aku bisa berhasil lolos sampai ke babak ini. Karena di awal pun aku tidak begitu bersemangat mengikuti kompetisi ini kalau bukan mama dan keluargaku yang sangat men-support. Aku memang punya impian untuk menjadi musisi handal yang mempunyai record label sendiri di Indonesia suatu hari nanti. Tapi karena biasanya aku selalu tampil dengan band-ku, aku jadi kurang percaya diri untuk tampil solo di kompetisi XFI ini. Untungnya mama selalu memberikan semangat agar aku mau maju terus.
Tapi kalau kau tanya aku sekarang, apakah aku masih tidak bersemangat mengikuti kompetisi ini? Maka jawabannya adalah tidak pernah aku merasa sangat bersemangat dan bergairah seperti sekarang ini.
Apa alasannya? Yang pertama adalah aku merasa beruntung. Untuk ukuran anak lima belas tahun yang baru pertama kalinya mengikuti sebuah kompetisi besar dan bisa terus lolos sampai ke babak ini aku merasa sangat beruntung dan bersyukur sekali. Karena aku tahu dan sadar bahwa masih banyak yang jauh lebih hebat dari aku. Tapi Tuhan memilih aku untuk terus melaju. Sebagai wujud syukurku maka aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan akan terus berjuang sampai dimana pun nanti Tuhan memutuskan akan menghentikan langkahku di kompetisi ini. Yang kedua adalah karena hadirnya dia si “Little Miss Grenade”.
Haha… aku memanggilnya “Little Miss Grenade”. Seorang gadis berhijab yang aku kenal di babak bootcamp. Kenapa aku memanggilnya seperti itu? Karena dia mungil sekali dan aku dengar, dia menyanyikan lagu Grenade-nya Bruno Mars ketika dia audisi, jadi ya aku julukkin saja dia dengan panggilan “Little Miss Grenade”.
Oke, nama gadis itu sebenarnya Fatin Shidqia Lubis. Nomor pesertanya 11218. Dia lebih tua dari-ku setahun dan dia masih kelas dua SMA. Dia gadis yang sangat unik. Di saat semua anak-anak cewek kumpul bersama ketika pertama kali seluruh peserta dipertemukan di babak bootcamp, dia dengan pede-nya bergabung denganku yang saat itu sedang ngobrol dengan Fadli dan Arthur.
“Hi, semua!” sapanya tiba-tiba di saat kami sedang asik mengobrol.
Kami bertiga pun kaget dan menolehkan kepala ke-arahnya.
“Hi, juga!” Fadli membalas sapaannya. Aku dan Arthur hanya tersenyum.
“Halo, kenalin nama gue Fatin!” katanya sambil mengulurkan tangannya ke Fadli yang juga mengulurkan tangan dan menyebut namanya, lalu Fatin mengulurkan tangannya ke Arthur yang juga membalas uluran tangan Fatin dan menyebut namanya, sampai akhirnya giliranku.
Aku mengulurkan tangan dan menyebut namaku, “Hi, aku Mikha. Mikha Angelo.”
Tiba-tiba saja dia tertawa seakan-akan namaku terdengar begitu lucu baginya. Aku terpelongo memandangnya.
“Fatin, memangnya ada yang lucu ya sama Mikha?” tanya Fadli yang heran juga melihat Fatin tertawa.
“Nggak… bukan itu… Haha… Akhirnya gue kenalan juga sama yang namanya Mikha Angelo. Soalnya tadi semua cewek-cewek di sana asik ceritain tentang lo, Mik. Mereka ngerumpi-in lo si Mikha Angelo, the genius boy, yang katanya masih umur lima belas tahun tapi udah anak kuliahan. Jadi ya… gue penasaran aja sama orangnya. Terus dari tadi gue tanya sana-sini sama semuanya yang mana sih Mikha itu dan kakak yang di sana nunjukkin ke-arah mari. Ya, udah deh gue samperin dimari. Haha…” jelas Fatin panjang lebar masih sambil terkekeh-kekeh,
Kami bertiga saling pandang karena sama-sama heran mendengar penjelasan aneh Fatin tadi dan masih bingung dimana letak lucunya.
“Ah, ya udahlah. Nggak usah dibahas lagi kenapa gue ketawa. Ooh, jadi lo yang namanya Mikha. Ntu tuh, anak-anak cewek di sana pada heboh ceritain lo, Mik. Belum apa-apa lo udah punya banyak fans. Hehe…” kata Fatin sambil cengengesan.
“Eh lo, Fatin yang nyanyi Grenade di audisi itu kan ya? Anak-anak yang lain pada heboh juga kali ceritain tentang lo!” celetuk Arthur.
“Ah masa’? hehe…”
“Iyalah. Mereka bilang suara lo unik gitu.” Jawab Arthur.
“Hehe… thanks!”
Selanjutnya, Fatin terus bergabung dengan kami dan obrolan-obrolan seru pun terus mengalir bergantian dari mulut kami. Bahkan kami juga sempat bermain beberapa games lucu yang garing dan games di handphone. Baru sebentar aku mengenal sosoknya, aku bisa menilai bahwa Fatin adalah gadis yang sangat ramah, ceria dan  polos. Siapapun yang baru dijumpainya maka akan diajak berkenalan dengannya. Nada bicaranya selalu seru dan bersemangat. Tapi terkadang ada topik-topik yang kami bahas yang tidak nyambung dengannya dan membuatnya jadi terbengong-bengong atau terkadang manyun. Dari obrolan-obrolan itu juga aku tahu bahwa dia saat ini sedang bersekolah di SMAN 97, dia anak pertama dari tiga bersaudara dan perempuan satu-satunya, kedua orang tuanya sama-sama berprofesi di dunia pendidikan. Awalnya dia mengikuti audisi ini diam-diam tidak memberi tahu orang tuanya. Barulah setelah lolos ke babak selanjutnya dia mengajak ibunya untuk audisi di depan juri. Dia mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertamanya juga mengikuti sebuah kompetisi menyanyi. Dan sangat tidak menyangka kalau semua juri suka dengan suara dan meloloskannya ke babak bootcamp. Padahal menurutnya dia sama sekali tidak mengerti teknik bernyanyi yang benar itu seperti apa. Jadi ketika dia tahu dirinya lolos, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia ingin terus berusaha agar bisa mendapatkan kesempatan belajar menyanyi yang benar. Semangatnya yang berapi-api itu secara tidak langsung menular kepadaku. Aku yang tadinya hanya setengah-setengah jadi membulatkan tekadku untuk semangat juga dalam mengejar mimpiku melalui kompetisi ini.
***
21 Desember 2012
Selama tiga hari kemarin aku dan peserta lainnya sama-sama berjuang di babak bootcamp. Aku ingat sekali di bootcamp hari pertama kami semua dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibagikan dua buah lagu yang bisa kami pilih salah satunya untuk tampil di depan juri. Sebelum tampil kami diberi kesempatan untuk latihan dulu bersama vocal director dari XFI. Kebetulan sekali aku satu kelompok dengan Arthur dan tiga orang lainnya yang baru saja aku kenal sejak kami bergabung dalam grup ini. Untuk kategori boys kami diberi dua pilihan lagu yaitu Hargai Aku dan Harus Terpisah, yang pada akhirnya kami semua sepakat untuk menyanyikan Harus Terpisah. Setelah beberapa saat menghapal lirik dan latihan harmonisasi, dinamika dan sebagainya, kategori boys adalah kategori pertama yang tampil di depan juri. Aku dan grup-ku mendapatkan giliran ke-dua. Aku tidak begitu gugup ketika tampil di challenge pertama ini, mungkin karena nyanyi-nya berkelompok jadi rasa gugup itu tidak begitu parah melanda. Syukurnya aku dan grup-ku berhasil membawakan lagunya dengan baik, aku sudah berusaha dan  saat itu aku menyerahkan sisanya kepada Tuhan.
Setelah semua grup dalam kategori boys tampil, giliran kategori girls yang tampil. Jujur, waktu itu aku tidak sabar untuk melihat penampilan Fatin. Aku dengar dia adalah salah satu peserta audisi yang sering dibicarakan juga karena suaranya yang unik. Aku pun menunggu dengan tidak sabar di bangku penonton bersama peserta lainnya. Ternyata Fatin berada di grup yang mendapatkan giliran terakhir. Satu per satu Fatin dan teman-temannya berjalan ke tengah panggung dan Fatin berdiri di ujung paling kanan dengan hijab merah-nya. Aku bisa melihat dia tertunduk malu, dia kelihatan gugup padahal ini kan tampilnya bersama grup. Tanpa aku sadari aku menyilangkan jari telunjuk dan tengahku untuk kesuksesan Fatin saat itu.
Musik pun dimulai, peserta pertama dalam grup Fatin menyanyikan bait pertama lagu Rindu-nya Agnes Monica dengan mulus. Peserta ke-dua pun lancar bahkan harmonisasi mereka terdengar enak sekali. Fatin melangkahkan kakinya ke depan, sekarang gilirannya. Aku menegakkan posisi dudukku di bangku penonton agar bisa melihat penampilan Fatin dengan jelas.
“Bersama mega-mega… Menembus dinding waktu… Ku terbaring dan… aauuiiaauuii….senja…” Deng! Fatin tiba-tiba saja lupa lirik. Dia lupa dan hanya bergumam saja. Aku bisa melihat kalau dia gugup sekali. Ketika mundur, Fatin memejamkan matanya dan menunduk. Pasti dia merasa malu. Di saat yang bersamaan sesuatu yang aneh juga melanda hatiku. Perasaan yang tidak enak dan… khawatir.
Syukurnya grup Fatin bisa melewati-nya dengan baik. Penampilan mereka bagus sekali walaupun Fatin sempat lupa lirik. Setelah semua kategori girls selesai tampil, mereka semua menuju backstage. Aku dan yang lainnya pun menuju backstage juga sambil menunggu kategori Over 24 dan kategori Grup yang belum tampil. Ketika itu lah aku melihat Robby Purba, host XFI, sedang mewawancarai Fatin dan grup-nya yang baru tampil. Aku bisa melihat dari kejauhan kalau Fatin menangis. Entah mengapa hatiku pun ikut sedih ketika melihatnya bolak-balik menghapus air mata yang mengalir di pipi dengan kedua tangannya. Dari kejauhan aku cuman bisa berdoa semoga Fatin baik-baik saja dan kembali bersemangat.
Hal yang membuat aku deg-degan di masa-masa bootcamp itu adalah ketika pengumuman akan lolos atau tidaknya setiap peserta ke babak selanjutnya. Setelah challenge pertama ini selesai, kami kembali dipanggil dalam beberapa grup ke hadapan para juri untuk diberitahu akan lolos atau tidak. Ketika menunggu di backstage aku dengar kalau grup pertama yang dipanggil ternyata tidak berhasil lolos. Jantungku pun semakin berdegup kencang. Aku mendapatkan giliran kedua dengan beberapa orang lainnya. Aku deg-degan ketika para juri memilih-milih kami menjadi dua bagian lagi waktu di panggung. Beberapa peserta disuruh maju ke depan sementara aku dan yang lainnya berada di belakang. Sampai akhirnya, Rossa, mengatakan bahwa peserta yang berada di barisan belakang berhak melaju ke babak berikutnya. Aku yang menyadari berada di barisan belakang langsung mengehela napas lega, bersyukur. Aku masih lolos.
Di backstage, jujur, entah mengapa aku merasa lebih deg-degan lagi menunggu pengumuman apakah Fatin lolos atau tidak. Entah kenapa aku jadi kepikiran gadis ini. Aku takut dia tidak lolos hanya karena dia sempat lupa lirik. Lama sekali gilirannya dan malam semakin larut. Aku terus menunggu di sebuah tenda tempat para peserta yang lolos dikumpulkan. Setiap kali ada yang masuk aku mendongakkan kepalaku untuk melihat apakah Fatin juga datang ke tempat ini. Lama sekali dan aku menunggu dengan penasaran. Aku sempat pasrah ketika tiba-tiba gadis dengan hijab berwarna merah itu masuk ke dalam tenda sambil berpelukan dengan peserta cewek lainnya. Wajahnya kelihatan lelah tapi tampak bahagia. Dia juga lolos. Entah mengapa hatiku ikut bersorak. Aku bersyukur pada Tuhan.
***
22 Desember 2012
Di hari kedua babak bootcamp, seluruh peserta yang berhasil lolos diberi tantangan untuk menari. Jujur aku sama sekali tidak bisa menari tapi menurut juri seorang penyanyi itu ketika di atas panggung tidak hanya suara yang menjadi modal utama tapi juga harus memilik stage act yang baik. Maka fungsi dari challenge ke-dua kali ini adalah untuk melihat seberapa enjoy seluruh peserta ketika menari di atas panggung atau untuk melihat body language para peserta ketika menyanyikan lagu di atas panggung.
Sebelum di-test kami semua latihan terlebih dahulu dengan bimbingan koreografer handal dari XFI. Aku cukup kewalahan mengikuti koreografi yang diarahkan. Karena memang basic-ku bukang nge-dance. Padahal koreo-nya cukup sederhana. Tapi aku tetap berusaha walaupun tidak sempurna paling tidak bisa mirip-lah sama gerakkan yang diarahkan. Dan sepertinya bukan aku saja yang mengalami hal yang sama. Kebanyakan peserta lain juga kewalahan. Aku juga sempat melirik ke-arah Fatin yang kelihatan bingung menoleh ke sana kemari. Dia juga tidak jago menari. Haha…
Setelah latihan dirasa cukup, akhirnya masa test pun dimulai. Untuk kategori boys mendapatkan giliran kedua. Jadi kami menunggu di backstage semuanya. Entah mengapa aku penasaran sekali seperti apa penampilan Fatin yang bersama kategori girls sedang di-test waktu itu. Aku berdoa semoga dia bisa tampil bagus.
Saat giliranku dan kategori boys tiba, aku kembali merasa gugup. Karena aku memang sama sekali tidak bisa menari, aku takut aku lupa gerakannya. Ketika musik dimulai dan di saat semuanya boleh bebas bergerak, asli aku mati gaya! Aku benar-benar tidak tahu harus bergerak seperti apa. Dan ketika musik main untuk bagian koreografi-nya aku malah kewalahan, alhasil aku cuman bisa goyang sekadarnya mengikuti teman yang ada di sebelahku. Hehe…
Lagi-lagi hal yang selalu membuat aku gugup tiba. Yaitu pengumuman lolos atau tidak lolos setelah tadinya aku dan seluruh peserta lainnya di-test menari. Dan kali ini deg-degan ku agak berbeda. Biasa saja(?)
Juri memanggil beberapa nama yang disuruh untuk berkumpul di bagian sebelah kiri panggung. Hanya beberapa nama, sekitar 22 orang termasuk grup. Di nama ke-22, juri berhenti memanggil nama peserta. Aku dan Fatin sama-sama tidak dipanggil. Dan aku masih tidak tahu kami berada dalam kelompok yang lolos atau tidak.
Sebelum juri menyampaikan keputusan mereka, Ahmad Dhani sempat mewawancarai salah satu personel Dalagita yang bernama Anya (kalau tidak salah) dari grup yang terpisah denganku. Setelah menanyai Anya apakah grup mereka aman atau tidak, sekarang giliran grup kami yang ditanya. Dan aku sudah bisa menebak siapa yang menjadi sasaran Ahmad Dhani. Siapa lagi kalau bukan Fatin.
Ahmad Dhani bertanya pada Fatin, “Fatin, menurut kamu suara yang paling bagus di antara teman-teman segerombolanmu ini siapa?”
Dan dengan polos Fatin menjawab, “Kak Bella.”
“Bella yang mana Bella?” tanya Ahmad Dhani lagi.
Fatin pun mulai melihat ke sana kemari mencari Bella di antara gerombolan kami sambil bergumam, “mana ya Kak Bella?”
“Bella dimana? Coba angkat tangannya, Bella?” kata Ahmad Dhani.
“Ga ada…” gumam Fatin lagi dengan polosnya.
Setelah semua peserta celingak-celinguk mencari sosok yang bernama Bella ternyata dia ada di grup-nya si Anya, yang 22 orang tadi.
“Oh, Bella di situ!” seru Ahmad Dhani.
Fatin pun langsung manyun begitu tahu Bella, yang menurutnya paling bagus suaranya, ada di grup sebelah.
“Nah…” kata Rossa.
“Nah, berarti kalau kira-kira Bella di sana, kamu di sini, kamu aman nggak kira-kira?” tanya Ahmad Dhani pada Fatin dengan nada yang sedikit usil.
“Ahh… hmm… nggak tauk…” jawab Fatin pelan.
“Nggak tau?”
“Hmmm… aman… hmmm…” jawab Fatin dengan suara yang makin lama makin mengecil lalu dia menunduk malu.
Tingkah Fatin itu sontak membuat ketiga juri tertawa. Aku pun tak tahan untuk tertawa tapi karena aku masih tidak tahu posisi-ku aman atau tidak jadi kurubah tawaku menjadi dehaman kecil. Tapi jujur, tingkah Fatin itu lucu dan polos sekali.
Dan akhirnya juri pun mengumumkan bahwa grup Anya –lah yang aman malam itu dan grup-ku tidak aman. Anehnya aku tidak begitu kaget mendengarkan keputusan juri. Mungkin karena dari tadi pun aku merasa biasa saja. Entahlah… tapi ternyata perasaanku yang tidak begitu kaget langsung terjawab karena juri masih memberikan kesempatan kepada kami yang tidak aman untuk mengikuti mini challenge membawakan lagu secara acapela. Semangat-ku pun membuncah. Juri memberikan waktu sekitar 30 menit untuk kami.
Di backstage, aku dan seluruh peserta lain meggunakan waktu 30 menit itu untuk latihan dengan sebaik-baiknya. Aku juga sudah memilih lagu tepat yang sesuai dengan karakterku. Aku bisa melihat Fatin sedang duduk bersama peserta cewek lainnya di ujung sana. Dan aku lihat Robby Purba juga mendekatinya untuk wawancara. Well, ada apa denganku? Kenapa aku jadi kepo sama setiap gerak-gerik Fatin?
Waktu 30 menit tak terasa berlalu. Robby Purba mengumumkan kalau sudah saatnya tampil di depan juri lagi. Lagi-lagi kategori boys didaulat untuk tampil pertama. Satu per satu kami pun disuruh menyanyi. Waktu giliranku, baru saja aku menyanyikan beberapa kata dari laguku tiba-tiba Ahmad Dhani bilang “Oke!” dan menyuruh peserta di sebelahku untuk menyanyi. Aku sedikit bingung juga karena tiba-tiba disuruh berhenti sebelum laguku selesai.
Oke, lagi-lagi aku harus merasakan deg-degan itu ketika pengumuman lolos atau tidak lolos aku hadapi. Yang pasti aku sudah berusaha tadi, selebihnya aku serahkan kepada Tuhan. Dan syukurnya, Tuhan masih mempercayaiku. Aku masih lolos ke babak bootcamp di hari ketiga besoknya.
***
23 Desember 2012
Di hari ketiga babak bootcamp, masih dalam keadaan mengantuk aku bangun dan segera bersiap-siap untuk latihan dulu sebelum bernyanyi di depan juri. Btw, Fatin juga lolos di hari ketiga. Dan lolosnya dia membuatku semakin bersemangat. Hehe…
Aku sudah memutuskan untuk menyanyikan lagu Mind Trick-nya Jamie Cullum. Menurutku lagu ini asik dan sesuai dengan karakter yang aku miliki. Hari ini aku mendapat giliran malam sekali, bahkan lewat tengah malam. Sebelum tampil aku sempat diwawancara dulu, aku bilang saja kalau aku pasrah dan bagiku mewakili kota Jakarta dari sekian banyak orang sudah membanggakan bagiku. Dan giliranku pun tiba, aku masuk ke panggung. Di depanku sudah ada tiga juri yaitu Ahmad Dhani, Rossa dan Bebi Romeo. Begitu aku berada di tengah-tengah panggung, Bebi Romeo berkata, “Oke, langsung!” dan musik pun dimulai.
Aku berusaha menikmati penampilan ini dan berusaha fokus agar gerakanku tidak terlalu ngasal lagi seperti di audisi pertama. Soalnya Rossa dan Bebi Romeo berkomentar waktu itu ketika aku nyanyi aku seperti nyari-nyari koin, padahal aku sendiri tidak sadar ketika bernyanyi bisa seperti itu. Sebenarnya sih aku kebanyakan gerak karena biasanya aku sering bernyanyi menggunakan gitar. Jadi tanpa gitar aku merasa aneh, akibatnya ya aku jadi “cari koin” hehe…
Aku menikmati penampilan Mind Trick-ku dari awal sampai nada terakhir. Dan ketika musik berhenti, aku pun masih bisa merasakan adrenalin-ku yang memacu selama aku tampil tadi. Ketiga juri pun mempersilahkan aku untuk ke backstage. Ketika keluar dari panggung, Robby Purba sudah menunggu di bawah tangga untuk mewawancarai setiap peserta yang baru saja tampil. Dia menyemangatiku agar selalu optimis dan berpikir positif. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Bootcamp hari ketiga memakan waktu yang sangat lama. Pengumuman bahkan diumumkan menjelang pagi. Ketiga juri langsung ke backstage untuk mengumumkan. Mereka membagi peserta menjadi dua kelompok. Dan aku… satu kelompok dengan Fatin!
Setelah kami semua terbagi menjadi dua kelompok, kami dituntun untuk menuju keluar gedung. Di luar sudah ada dua bus besar. Aku dan kelompokku diperintahkan untuk berdiri membelakangi bus yang di sebelah kiri, yaitu bus no. 2. Sebelum keputusan diberitahu, Robby Purba menjelaskan bahwa di antara dua bus itu salah satunya akan membawa kami pulang ke rumah dan satunya lagi akan mengantarkan ke rumah juri dengan kata lain lolos ke babak Judges Home Visit. Aku deg-degan ketika itu, tapi aku sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Berada di bus manapun, aku akan bersyukur. Aku gugup tapi sudah tidak sabar menunggu Robby Purba mengatakan “inilah hasilnya!” sebagai aba-aba kami bisa melihat keputusan dari juri.
Dan saat itu juga Robby Purba berkata, “Teman-teman… Inilah hasilnya!”
Maka sesuai aba-aba, seluruh peserta pun membalikkan tubuh untuk menghadap bus. Dan aku langsung menutup wajah dengan kedua tanganku begitu tahu sebuah tulisan “YES” besar menggantung di bus. Suasana langsung riuh. Peserta-peserta yang ada di kelompokku melakukan berbagai macam hal untuk mengekspresikan rasa senang mereka karena tahu sudah lolos ke babak selanjutnya. Ada yang lompat-lompat kegirangan, ada yang berpelukan, ada yang sujud syukur, ada juga yang menangis. Aku juga berjabat tangan dengan beberapa peserta lainnya. Dan ketika semuanya masih riuh dalam suka cita, tiba-tiba ada yang menabrak punggungku. Aku pun berbalik dan mendapati seorang cewek berhijab hitam berdiri membelakangiku. Saat itu juga dia membalikkan tubuhnya. Ternyata punggung kami sama-sama saling tabrak dikarenakan hebohnya peserta lain yang grasak-grusuk.
“Mikhaaa!!! Kita lolos!!!” teriaknya begitu tahu kalau ternyata aku yang tidak sengaja ditabraknya.
Aku tersenyum dan mengangguk. Dan jujur aku bingung saat itu mau melakukan apa dan berkata apa. Entah mengapa aku merasa canggung ketika berdiri di depannya. Saat itu aku bisa menatap matanya berkaca-kaca, memancarkan kebahagiaan yang haru. Perasaan aneh tiba-tiba menggerayangi hatiku saat itu. Entahlah… aku tidak tahu rasa apa itu.
Ketika aku masih bingung Fatin menyodorkan tangannya kepadaku, maksudnya ingin berjabat tangan denganku. Aku pun mengulurkan tanganku. Kami berjabat tangan, untuk yang kedua kalinya.
“Selamat, Mik!” ucapnya tulus.
“Iya, sama-sama. Selamat juga buat kamu.” Balasku.
Saat itu kami semua diperintahkan untuk masuk ke dalam bus.
“Eh, Mik. Ayok, kita harus naik!” katanya bersemangat sambil melepaskan jabatan tangan kami. Selanjutnya aku kaget karena dia menarik lenganku. Aku sedikit terkesima. Tapi tampaknya Fatin tidak perduli. Dia bahkan melangkahkan kakinya sambil lompat-lompat. Aku hanya menurut.
Ketika di bus kami duduk terpisah. Aku duduk di barisan kursi yang di belakang bersama peserta cowok lainnya, sedangkan Fatin bersama peserta cewek lainnya di depan. Ketika perjalanan pulang menuju hotel tempat kami semua menginap, entah mengapa perasaan yang aku rasakan saat aku menatapnya tadi semakin kuat kurasakan. Aku masih bingung dengan rasa itu. Dan ini aneh, karena namanya selalu saja muncul dibenakku. Wajah dengan senyum cerianya selalu menari di mataku. Suaranya yang khas juga terngiang-ngiang di telingaku. Ada apa ini? Baru pertama kalinya aku seperti ini. Dan ini semua karena gadis mungil berhijab itu. Gadis bernama Fatin Shidqia Lubis. Si “Little Miss Grenade”. Dan Tuhan, kalau Engkau masih mengizinkanku untuk bertemu dengannya lagi maka pertemukanlah kami di babak-babak selanjutnya. Malam itu, di dalam bus yang melaju dengan kecepatan sedang aku memejamkan mata dan berdoa.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar